Selasa, 27 April 2010

LESSON STUDY SEBAGAI SALAH SATU CARA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

LESSON STUDY SEBAGAI SALAH SATU CARA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU
Oleh: Dwi Wahyu Ariani, S.Pd.
(Guru SMP Negeri 1 Klari)


Profesi guru saat ini terus disorot oleh semua pihak yang ada di negara ini. Tidak semakin gampang menjadi guru, tetapi tanggung jawab yang besarlah ada di atas pundak mereka. Guru bukan lagi sekedar subjek dalam dunia pendidikan. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Banyak sumber belajar yang bisa digunakan seseorang dalam belajar. Tapi semua sumber itu jelas berbeda bila dibandingkan dengan guru.
Guru dituntut untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan. Guru diharapkan dapat profesional. Dikatakan profesional apabila guru telah memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Kualifikasi akademik maksudnya seorang guru harus memiliki dasar pendidikan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki dan diajarkan. Untuk tingkatan SD pendikikan minimal D2/ D3 (PGSD), sedangkan untuk SMP/ SMA guru di harapkan memiliki pendidikan minimal S-1.
Guru yang profesional juga harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi itu.
Kompetensi paedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik. Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimiliki.
Kompetensi kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.
Kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektik dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Unsur guru profesional yang ketiga adalah sertifikat. Guru yang sudah memiliki persyaratan tertentu dapat mengikuti sertifikasi baik dengan cara pemberian sertifikat secara langsung, melalui portofolio ataukah dengan diklat sertifikasi terlebih dahulu.
Tetapi yang jadi pertanyaan, benarkah guru yang sudah disertifikasi tersebut sudah memiliki kompetensi yang baik dan dapat disebut guru yang profesional? Beberapa pihak mengatakan “Jelas sudah profesional“. Tapi tak sedikit pula yang mengatakan “ragu-ragu“. Tidak penting mungkin jawaban tersebut. Sudah sertifikasi atau belum yang jelas guru harus terus belajar.
Nah, masalahnya, pembelajaran yang bagaimanakah yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru?
Pada tahun 1945, Negara Jepang hancur karena bom yang meluluhlantakkan kota Hiroshima dan Nagasaki. Setelah kehancuran itu, bukan harta benda, aset harta yang masih tersisa, ataupun kekayaan alam apa yang masih dapat diselamatkan, tapi pemerintah Jepang mendata, berapa guru yang masih tersisa? Luar biasa. Jepang tahu persis bahwa di tangan gurulah Negara Jepang menggantungkan harapan. Dengan sedikit guru yang ada, mereka menciptakan suatu model pembelajaran yang disebut dengan .......................
Semua negara di dunia, saat itu, mungkin merasa heran. Tapi Jepang tahu betul bahwa ia bukan negara yang kaya dengan sumber alam. Aset satu-satunya yang berpotensi besar untuk memajukan negaranya adalah pendidikan.
Keberhasilah Jepang menarik minat para pakar dari negara Eropa, Amerika, dan Australia untuk mempelajari dan mengembangkannya di negaranya masing-masing. Dari sinilah sebenarnya Lesson Study mulai lahir.
Lesson Study adalah Model pembinaan (pelatihan)profesi pendidik melalu pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning sehingga terbangun komunitas belajar( Lesson Study, 2008: 12).
Tiga tahap dalam pengkajian pembelajaran Lesson study meliputi:
1. Plan
Plan atau perencanaan adalah tahapan guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang harus mempertimbangkan kegiatan siswa dengan mengacu pada 4 hal, yaitu Daily Activity, Hand On, Mind On, dan Local Material
2. Do
Do atau pelaksanaan adalah kegiatan guru model melakukan open lesson dengan ada observer di dalam kelas untuk yang berisi 3 pertanyaan yaitu, Apakah seluruh siswa belajar, bagaimana prosesnya?
Apakah ada siswa yang tidak belajar, mengapa?
Bagaimana cara guru mengatasi siswa yang tidak belajar?
3. See/ Reflekse
Reflekse adalah tahapan observer dan guru model merefleksikan efektivitas kegiatan pembelajaran sebagai bahan belajar yang dapat dijadikan alat untuk memberikan masukan pada seluruh pihak yang terlibat dalam open lesson.
Saat ini di Indonesia, beberapa universitas telah mengembangkan model pembelajaran yang disebut dengan Lesson Study. Dengan piloting pelajaran MIPA maka Lesson Study sudah diterapkan untuk semua mata pelajaran. Dengan didanai oleh Yayasan Sampoerna Fondation dan bekerja sama dengan UPI, maka diadakanlah kegiatan LS MGMP MIPA,LSBS (Lesson Sudy Berbasis Sekolah), Pelatihan Fasilitator, dan LS Kepala Sekolah.
Menurut Prof. Dr. Asep, sasaran pelatihan guru yang berbentuk Lesson Study ini bukanlah sekolah dengan fasilitas yang tinggi, tetapi justru pada sekolah dengan standar menengah ke bawah dengan harapan semoga kegiatan ini dapat membawa perubahan ke arah yang baik walaupun itu sedikit demi sedikit. Kegiatan LS haruslah didasarkan pada fasilitas yang ada di sekolah dengan tidak memaksakan diri untuk melengkapi sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Guru diharapkan dapat menggali potensi yang dimiliki oleh sekolah sehingga dalam kenyataan kegiatan pembelajaran itu bukanlah sesuatu yang nisbi yang hanya terlihat bagus di luarnya padahal pada kenyataannya tidak dapat dilaksanakan dalam pembelajaran sehari-hari.
Partisipasi aktif dari seluruh pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, langsung maupun tidak langsung, akan sangat membantu keberhasilan program ini. Partisipasi yang sangat utama adalah dukungan dinas pendidikan setempat, kepala sekolah, komite sekolah, dan khususnya guru. Partisipasi itu akan menjadi motor penggerak kegiatan ini. Tenaga, waktu, dan biaya yang tidak sedikit akan membuahkan hasil peningkatan mutu pendidikan dan terciptanya masyarakat belajar di lingkungan guru itu sendiri.
Kegiatan LSBS dalam waktu satu tahun dilaksanakan dalam 2 putaran (semester). Masing-masing putaran terdiri atas 5 pertemuan, meliputi:
1. Sosialisasi Lesson Study
2. Penyusunan RPP yang baik (Plan)
3. Open Lesson (Tahap Plan, Do, dan See)
SMP Negeri 1 Klari adalah salah satu sekolah yang mendapatkan program LSBS dari SFTI dengan narasumber dari UPI. LSBS adalah kegiatan LS yang berbasis pada MGMP di sekolah. Jadi seluruh guru dari seluruh mata pelajaran di sekolah dapat mengadakan Open Lesson. Putaran LSBS di SMPN 1 Klari telah memasuki 3 putaran, yaitu:
1. LSBS Putaran I dilaksanakan bulan Januari -April 2009
2. LSBS putaran I bulan Juli –November 2009
3. LSBS putaran III Februari- April 2010 (masih dalam pelaksanaan)
Dari dua kali putaran LSBS penulis mendapatkan hal-hal sebagai berikut:
Partisipasi, Pelaksanaan, dan Pasca Open Lesson.
A. Partisipasi
1. Guru yang telah menjadi guru model dalam Open Lesson ada 12 orang dari seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah
2. Prosentase partisipasi guru dalam LSBS per semester
a. Putaran I partisipasi guru sebesar 80 %
b. Putaran II partisipasi guru sebesar 75 %
Presentase kehadiran guru tidak bisa maksimal karena:
a. Kegiatan LSBS bersamaan dengan LS MGMP/ Fasilitator bidang studi IPA
b. Sebagian guru harus mengajar di kelas jauh (SMP Purwasari) dan mengajar
kelas siang
c. Bersamaan dengan kegiatan pelatihan guru-guru RSBI
3. Partisipasi Pengawas, Dinas, Komite Sekolah pada kegiatan Open Lesson sudah terlihat, terbukti dengan kehadirannya dalam sosialisasi atau pun ketika pelasanaan Open Lesson.
B. Pelaksanaan
1. Suasana Open Lesson
a. Sikap siswa dalam pembelajaran
• Pada awal pembelajaran siswa masih merasa grogi karena kehadiran obsever dan kegiatan yang didokumentasikan masih asing bagi mereka
• Siswa pada umumnya masih bingung jika guru model memberi tugas yang kurang jelas
• Selama pembelajaran beberapa karakter siswa dapat terlihat yaitu antara siswa yang aktif dan pasif
• Setelah beberapa waktu berlalu, siswa sudah dapat beradaptasi dan dapat belajar dengan biasa
• Siswa pada umumnya aktif dan antusias mangikuti pembelajaran.
b. Kolaborasi antarsiswa
• Pembelajaran dilakukan secara berkelompok
• Kelas disetting dengan berkelompok yang anggota kelompok sudah dipersiapkan sebelumnya oleh guru model.
• Kerjasama antarsiswa pada umumnya terbangun sangat baik, baik dari pembagian tugas maupun dari dialog dalam diskusi untuk menyelesaiakan tugas dari guru model
• Pembagian kelompok yang tidak proporsional penyebarannya antara yang aktif dan pasif akan tampak dengan jelas
• Pembelajaran berkelompok memberi kesempatan pada siswa untuk bertukar pendapat dan belajar saling menghargai pendapat siswa lain
c. Keberanian siswa bertanya dan menyampaikan pendapat
• Siswa masih ada yang ragu-ragu untuk bertanya jawab baik dengan guru maupun siswa lain.
• Pada umumnya siswa akan bertanya bila diberi kesempatan bertanya oleh guru dan jarang yang berinisiatif untuk bertanya duluan.
• Siswa yang berpendapat pada umumnya adalah siswa yang aktif di kelas.
• Keberanian siswa bertanya dan berpendapat dalam pembelajaran perlu terus dipupuk agar pembelajaran semakin menyenangkan
d. Pemahaman siswa terhadap materi ajar setelah open lesson
• Guru model memberikan post tes di akhir pembelajaran, tetapi hasil post tes tidak langsung disampaikan
• Pada umumnya, menurut guru model, penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dalam open lesson akan lebih baik karena siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran
e. Sikap observer
• Observer pada awal open lesson yang pertama masih bingung karena kurang jelasnya perihal yang diamati, tetapi setelah lembar observasii dibagikan kepada observer, mereka mulai mencatat dan terlihat antusias untuk menuliskan apa yang diamati
• Masih ada observer yang ngobrol ketika melakukan observasi
• Observer tidak hanya mengamati kegiatan yang dilakukan siswa, tetapi masih ada yang mengamati guru modelnya.
2. Suasana Refleksi
a. Moderator
• Kegiatan Open Lesson dimoderatori oleh panitia kegiatan LSBS, fasilitator kegiatan LSBS MGMP dan guru SMPN 1 klari
b. Sikap Guru dalam Diskusi
• Semua guru diberi kesempatan untuk mengemukakan hasil observasinya sehingga apa yang telah dicatatnya dapat dekemukakan dalam diskusi
• Pendapat guru dalam mengemukakan hasil observasinya sangat
beragam (keaktif/pasifan belajar siswa, strategi pembelajaran,
keragaman media yang digunakan, manfaat dari kegiatan open lesson,
dll.)
• Suasana kekeluargaan, keterbukaan , dan kedekatan antarguru sangat dirasakan, walaupun kadang-kadang kelelahan terlihat dari wajah mereka. Karena ada di antara guru yang melucu ketika refleksi maka terpecahlah suasana yang tegang dan kelelahan tsb. Bahkan narasumber dari UPI kadang-kadang ikut tertawa terbahak-bahak saat refleksi di SMPN 1 Klari.
c. Kualitas Diskusi
• Diskusi semakin berkualitas dan menarik karena materi yang didiskusikan berkaitan langsung dengan kegiatan sehari-hari yang dialami oleh guru.
• Guru dapat menyampaikan kendala yang dihadapi dalam penyusunan RPP maupun pelaksanaan dalam pembelajaran kepada narasumber sehingga apa yang didiskusikan actual dan langsung dapat dipraktikkan dalam pembelajaran.
• Pada umumnya guru menunggu informasi terbaru dari narasumber untuk didiskusikan karena guru haus akan ilmu.
• Hal-hal yang disampaikan oleh narasumber sangat berarti bagi guru sebagai bahan masukan .
d. Hasil Diskusi.
• Hasil diskusi dapat dijadikan acuan untuk perbaikan pembelajaran baik persiapan maupun pelaksanaan
• Guru harus memberikan apersepei yang menarik sehingga siswa tertarik tetang apa yang akan dipelajari
• Tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar harus disampaikan dengan jelas agar anak mengetahui apa yang akan dipelajari
• Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berbasis hands-on activity, daily life, dan local material
• Pembelajaran harus berfokus pada kegiatan siswa dan bukan guru
• Materi pembelajaran perlu dikaitkan dengan pelajaran lain (Berintegral)
• Guru harus memberikan instruksi yang jelas sehingga siswa tidak bingung
• Pembagian kelompok harus mempertimbangkan pemerataan kemampuan awal siswa
• Memahami karakter siswa akan memudahkan guru dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran
• Guru jangan terlalu dipusingkan dengan strategi pembelajaran yang bermacam-macam
• Pendapat siswa benar atau salah harus dihargai
• Kemampuan guru dalam mengelola kelas harus terus diasah
• Kemampuan guru untuk menarik minat siswa agar bertanya atau menjawab perlu dikembangkan agar siswa dapat menumbuhkembangkan keberanian berbicara di depan umum
• Seni mengajar antara guru yang satu dengan yang lain berbeda
• LKS harus dibuat secara jelas
• Savety dalam kegiatan yang menggunakan benda berbahaya harus disampaikan sebelum kegiatan dilaksanakan
• Pembelajaran yang memenuhi kebutuhan siswa dengan tipe belajar visual, auditorial, dan kinestetik akan membantu tersampaikannya tujuan pembelajaran
• Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik harus diperhatikan guru
• Hasil evaluasi yang dilakukan guru kepada siswa harus diberitahukan kepada siswa agar mereka dapat mengukur ketercapaian pembelajaran
• Penilaian proses harus disampaikan secara langsung setelah proses belajar berakhir
• Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreasi untuk mata pelajaran tertentu
• RPP yang terbaik adalah RPP yang dibuat sendiri oleh guru dengan disesuaikan dengan keadaan yang ada di sekolahnya
• Kegiatan open lesson adalah kegiatan mengamati kegiatan siswa bukan mengamati gurunya
• Pengetahuan yang bertambah menjadi modal guru untuk lebih mengembangkan dirinya untuk menuju guru professional

C. Pasca Open Lesson
1. Tindak lanjut open lesson terhadap pembelajaran sehari-hari
• Guru sering melakukan tukar pendapat untuk persiapan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas
• Pengetahuan tentang cara mengajar yang baik membawa perubahan dalam pembelajaran
• Guru dapat menerapkan berbagai macam strategi pembelajaran untuk materi yang berbeda-beda
• Pembelajaran tidak didominasi oleh guru, tetapi lebih memfokuskan pada siswa
• Apersepsi yang menarik akan lebih digali karena dapat menarik minat awal siswa untuk belajar
2. Dampak lesson studi terhadap sikap siswa dan guru
• Sikap guru lebih terbuka menerima kritik dan saran dari rekan guru yang lain
• Kolegalitas antar guru terbangun sehingga memudahkan guru untuk bertukar pendapat tentang pembelajaran
• Sikap menghargai kelebihan dan kekurangan guru merupakan pelajaran yang diambil dalam kegiatan ini.
• Siswa lebih menghargai guru karena mereka jadi lebih memahami bahwa bukan siswa saja yang belajar, tetapi guru juga belajar
• Siswa merasakan bahwa dengan bervariasinya strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan menantang kemampuan mereka
• Siswa lebih aktif belajar karena pembelajaran tidak berfokus hanya pada guru tetapi justru pada siswa itu sendiri
• Siswa jadi terbiasa dengan pembelajaran yang diamati oleh beberapa guru sebagai observer
3. Hasil belajar siswa
• Hasil belajar siswa lebih meningkat dengan pembelajaran yang lebih baik yang dilakukan oleh guru
• Siswa mendapat hasil pembelajaran tidak hanya dalam peningkatan nilai tapi juga pengalaman yang mungkin akan lebih dapat diingat karena mereka mengalami dan menemukan secara langsung bukan hanya bersifat teori semata
4. Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah
• Masyarakat dunia pendidikan banyak yang tertarik dan datang secara langsung ke SMPN 1 klari untuk melihat proses pelaksanaan open lesson (Guru SMP Purwasari, Guru SMPN 1 Cikarang Utara)
• Guru-guru dari sekolah lain banyak yang meminta petunjuk cara penyusunan RPP yang lebih baik dan lengkap
• SMPN 1 Klari dipercaya menjadi basecamp dari beberapa kegiatan yang dilakukan baik oleh MGMP maupun Komisariat, serta kegiatan tingkat Kabupaten
• Masyarakat umum lebih memberi kepercayaan terhadap SMPN 1 Klari ini
terbukti dari jumlah rombel yang dulu hanya 30 pada tahun pembelajaran ini menjadi 37 rombel
Pelaksanaan LSBS di SMPN 1 Klari dapat menjadi kegiatan yang nyata dalam meningkatkan profesionalisme guru dan bukan sekedar teori belaka yang akan cepat dilupakan. Kegiatan ini tidak akan ada maknanya jika guru tidak menerapkan secara langsung hasil yang didapat dalam LSBS. Perubahan sedikit demi sedikit akan jauh lebih baik daripada tidak ada sama sekali,
Semua akan kembali kepada guru yang terjun secara langsung dalam dunia pendidikan. Dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang mandiri mampu secara praktik maupun teori maka guru harus terus belajar agar siswa yang kita ajar kelak siap menjawab tantangan zaman yang terus berkembang. Berpikiran terbuka, terus membangun kolegalitas, terus belajar dan berani mencoba sesuatu yang baru akan dapat membantu guru dalam menemukan pembelajaran yang terbaik. Tidak ada pembelajaran yang sempurna karena kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Kita sebagai manusia harus terus belajar dan berusaha. Tiada kata terlambat bagi orang yang mau berubah.

4 komentar:

  1. Setuju sekali Bu, dengan LSBS Profesionalisme guru akan meingkat karena kegiatan-kegiatan dalam LSBS dapat meningkatkna kompetensi guru

    BalasHapus
  2. LSBS meningkatkan kompetensi pedagogic guru (Neno-SMPN 2 Klari)

    BalasHapus
  3. ditunggu tulisan hasil KGI 2010 nya!

    BalasHapus
  4. thanks sob untuk postingannya..
    article yang menarik,saya tunggu article yang berikutnya yach sob..
    kunjungi balik sob blognya saya..:)
    agen poker online terpercaya dan teraman...
    http://oliviaclub,com ...
    lagi promo besar2an..jangan ketinggalan yo...
    yuk kunjungi kami dan chat dengan anggota livechat kami yang ramah,,,
    kunjungi blog dan sites.google kami juga di http://chaniaj.blogspot.com dan https://sites.google.com/site/pokeronlineterpopuler/
    banyak tuh article yang enak buat dibaca dan tambah wawasan kamu..

    BalasHapus